Junior High School’s Memories
Kubuka tirai-tirai kaca kamarku.
Dengan godaan kantuk aku mencuci muka dan mengambil air wudhu. Aku lihat Ibu
bengong melihatku. Aku tahu pasti Ibuku bingung, tidak biasanya Aku bangun
sepagi ini.
“Ria, tumben Nak jam segini sudah
bangun ?” Tanya Ibu dengan penuh kebingungan.
“Iya Bu, hari ini kan hari paling
indah Bu .. Lihat deh Bu, mataharinya indahh banget.” Jawabku sambil mengedipkan
mata.
Memang, hari ini hari yang indah. Sangat
indah malah. Hari ini kabutnya tidak terlalu tebal, mataharipun bewarna kuning
keorange-orangean, dan bunga-bungakupun mulai mekar. Namun sayang, suasana
hatiku tidak sama dengan keindahan hari ini. Aku nervous, aku takut, aku tidak
pede. Tapi Aku harus bisa menerima apapun yang akan menjadi kemungkinan nanti.
Kalau dalam Matematika kita sebut “peluang”. Aku harus siap. Kalian tahu ? Ya,
hari ini adalah hari dimana semua aktivitasku kelas 9 akan tergambar. Aku kelas
9 apa, dan siapa yang akan menjadi temanku nanti. Semuanya masih merupakan
tanda Tanya besar di fikiranku. That’s Right, hari ini adalah hari pembagian
kelas 9.
“Ibu
nggak percaya deh kalau alasannya cuman itu. Ibu tau, ya berdoa saja ya semoga
dapat kelas yang terbaik.” Kata Ibu kepadaku.
Ini nih, yang Aku heranin dari Ayah dan Ibu mereka selalu tahu tentang Aku. Ya
iyalah, mereka kan orang tuaku :D.
“Aaaa~
Ibu aku takut. Iya Amin .. Doain Aku ya Ibu, Ayah ,Kakak. Emuachh Aku berangkat
yaa. Dada semuaa ..” pamitku sambil langsung ngeloyor pergi.
“Hati-hati
sayang ..” suara Ibu masih terdengar.
Dari
kejauhan Aku menjawab “Iya Ibu .. Okke “
Dalam perjalanan, Aku
selalu membaca do’a. Sebenarnya, kelas 9 apa, sama siapa, dan letak kelas di
mana itu bukan masalah bagiku. Namun yang Aku takut, kalau aku sekelas dengan.
. . Mmmm .. Kita sebut saja dia dengan
nama “ Tara “. Jujur, sejak Aku duduk di kelas 8, Aku mulai mengagumi dia.
Tepatnya bukan mengagumi sih, soalnya kalau mengagumi pasti ada kelebihannya
yang kita suka dari dirinya. Tapi, kalau ini terasa sangat berbeda. Aku
mengaguminya tetapi Aku sendiripun tidak tahu apa yang mebuatku mengaguminya.
Kalau anak muda sekarang bilang “cinta monyet” . Yaa, bisa saja begitu.
~Entahlah. Apapun itu namanya, Aku tidak peduli. Pokoknya Aku tidak mau sekelas
dengan dia. Sekelas dengan Tara itu justru malah mebuat Aku tidak fokus dalam
mengahadapi pelajaran nantinya. Padahal, kelas 9 adalah saat-saat kita harus
baik-baik fokuskan ke belajar. Soalnya UN telah siap di depan mata. Bukan cuman
itu saja yang Aku takutin, tetapi Akupun juga takut jika Aku tidak sekelas
dengan Fia, Ika, Yuli, Putri, Astiti, Etta, Khoriyah, Dewa, Echi, Tyas, Dwi,
dan Noor. Rasanya kelas tanpa mereka itu hampa. Tappii, “AYO POSITIF THINKING
RIA :D ! Ayo !” kataku dalam hati untuk menenangkan fikiranku sendiri.
~Shittt~.
Aku menuruni motor sambil bersalaman dengan Paman. Pelan-pelan, Aku langkahkan
kaki dengan bergetar. Aku takut. Dadaku semakin sesak. Aku semakin nervous.
Beberapa menit Aku menunggu pengumuman. Aku semakin lemas.
“Kepada
seluruh murid kelas 9 SMPN 1 Gemolong, diharapkan memasuki ruang kelas
masing-masing sesuai dengan daftar nama yang telah dipasang. Terima Kasih.”
Begitu suara Pak Hardi mengumumkan. Aku semakin resah dan gelisah tak menentu.
“Aaaaaa”
Suara hiruk pikuk siswa-siswi mulai terdengar. Satu persatu kelas 9 Aku masuki.
Ketika Aku memasuki kelas 9E, Aku lihat ada Echi, Tiyas, Yuli disana. Aku agak
putus asa. Mereka juga bagian teman-teman baikku. Tetapi Syukurlah, tidak ada
namaku tertuis disitu. Karena Aku lihat waooww teman-temannya seram-seram. Pokoknya
tidak bisa disebutkanlah dengan kata-kata. Aku berjalan pelan-pelan menuju
ruang kelas 9F. Tetapi tiba-tiba langkah kakiku terhenti.
“Riaaaa.
Kamu kelas dimana ?” tanya seorang teman kepadaku.
“Putrii,
Aku sendiri aja belum tau Aku kelas apa, yang jelas Aku bukan di kelas 9E, kamu
di kelas apa Put?” tanyaku balik pada Putri
“Aku
kelas 9F Ria :D, coba deh ayo liat di kelas 9F sama 9G, kamu dimana?” ajak
Putri sambil menggandengku.
Aku dan Putri berjalan menaiki tangga menuju kelas 9F dan9
G.. Tiba-tiba …
“Riaaaa … Kita sekelas
lagi. Yeyy !” kata Azizah kepadaku. Azizah memang sempat berpisah denganku selama
1 tahun di kelas 8 setelah Aku dan dia akrab sekali pada saat kelas 7E dulu ..
Aku di kelas 8F dia dikelas 8G. Waktu itu Aku sedih sekali karena selama
setengah tahun lebih Aku dan dia sudah sangat akrab, nahh sekarang Aku takut
lagi, aku trauma, Aku takut enggak sekelas dengan Fia. Aku takutt .. Ahh ayolah
Ria terima apapun nanti jadinya .
“Eh iyaa Zah ? ciyus ? mi
apa ? kelas apa Zah ?” tanyaku tak percaya.
“Ciyus dehh Rii .. kelas 9F
“ kata Azizah meyakinkan
Degg .. Seakan-akan jantungku mau copot. Aku kelas 9F .. terus ? kira-kira Fia,
Tara, Dewa dan Ika kelas apa ya? Pertanyaan itu seakan-akan masih menjadi
misteri.
“Horee Ria kittaaaa
sekelass !” teriak Putri spontan.
Aku sedikit lega. Yaaa .. setidaknya ada 1 orang diantara beberapa teman-teman
baikku yang sekelas denganku. Spontan Aku dan Putri berpelukan . Aku dan Putri
kembali berjalan menuju kelas 9F dan 9G. Daftar nama telah tercantum di depan
koridor pintu kelas 9F. Kulihat dari atas. Dan .. memang benar ada namaku
tertulis di situ. Namun,, aahhh mana nama Fia ? mana nama Dewa ? mana nama Etta
? mana nama Astiti ? mana nama Khoiriyah ? Mana nama Fauzi ? Mana nama mereka ?
mana ? :’( Seketika Aku benar-benar putus asa. Meskipun ada Ika di papan nama
itu, namun nama teman-teman baikku yang lain tak muncul, akupun tetap saja
putus asa. Aku tak kuasa menahan bendungan air mata ini. Aku tertunduk lemas.
Aku takut mereka akan tidak dekat lagi denganku. Aku takut. Putri
mengelus-ngelus pudakku.
“Sabar Riaa.. Aku tau
rasanya jadi kamu, Aku yakin mereka tidak akan lupa dengan Aku, apalagi dengan
kamu. Semangat Ria”
Aku tak menjawab apa-apa. Aku sudah tak sanggup berkata apa-apa lagi. Bagaimana
tidak ? Susah, senang, sedih, bahagia, menangis, duka, suka selama 1 tahun kita
lalui bersama-sama. Seketika memoriku teringat ketika “study tour” dan “moving
class” pada saat kelas 8F dulu. Ketika saat study tour memang kita menolak
kalau satu bis isinya teman satu kelas. Ya , memang karena itu awal-awalnya
kita kelas 8F. Kita belum dekat satu sama lain. Kita masih ingin bersama teman-teman
kita dahulu. Betapa menyesalnya kami setelah lambat laun kami akrab dan kompak.
Pada saat “moving class” program khusus untuk kelas unggulan, Aku dan Fia satu
bangku. Kita bersama-sama menikmati perjalanan. Betapa indahnya memori dahulu,
tapi kita menyia-nyiakannya. Dan jujur kami menyesal telah menyia-nyiakan
kesempatan bersama 8F. Lagi-lagi kami menemui sebuah penyesalan. Sebut saja
beliau “Pak Hardi”. Kami pernah mengecewakan beliau. Betapa bandelnya kami saat
itu, berani-beraninya kami tukar-menukar permen saat pelajaran beliau. Kami
saat itu memang kurang ajar. Tetapi dengan kerjasama kami, kami dapat
menyelesaikan masalah itu dengan sampai benar-benar clear. Bukan itu saja, kami
bahkan pernah mengecewakan wali kelas kami sendiri. Beliau bernama “Bu
Istiqomah”. Pada saat itu kami sedang menjadi remaja labil. Kami pada saat itu
sedang menjadi remaja seegois-egoisnya. Saking egoisnya kelas kami jadi saling
bertengkar dan saling dendam. Dan itu yang membuat Bu Istiqomah menjadi kecewa
pada kami. Kemudian kami juga
melaksanakan intropeksi layaknya orang dewasa. Yang pada saat itu masih sangat
teringat di memoriku Bu Ana mengatakan “Kalian masih kecil, tidak perlu kalian
intropeksi. Intropeksi boleh tetapi jangan sampai menggangu pelajaran”. Kata Bu
Ana dengan tegas. Namun akhirnya kita dapat bersatu kembali. Semua bisa dibayangkan
betapa semuanya kita lalui bersama-sama. Betapa kita berusaha sekuat tenaga
untuk menjaga kesatuan dan keutuhan kelas 8F. Namun akhirnya kita dipisah
begini. Air mataku semakin bercucuran. Sementara Putri dan Azizah masih
menepuk-nepuk bahuku agar Aku tetap tabah.
“Ria sudahlah .. Semua ada
hikmahnya, Aku yakin ada baiknya kok ini semua” kata Azizah bijak.
Aku tak menjawab. Aku kaku.
“Daripada nanti kamu yang
down Ria, “ kata Putri menambahkan.
Aku tetap diam terpaku. Aku berjalan pelan-pelan melihat daftar nama kelas 9G
diikuti Azizah dan Putri. Aku semakin lemas. Bagaimana tidak ? Fia, Dewa, Etta,
Khoiriyah, Astiti semua ada di situ ? Kenapa Aku tidak ? Ahhhh.. Dadaku semakin
merasa sesak. Aku yakin kelas 9G bakal menjadi kelas 9 terkompak. Begitu
pikirku. Dan 9F ? Aku tidak yakin 9F dapat kompak. Ada sisi baiknya, Aku tidak
sekelas dengan Tara. Memang cukup sedih. Tapi lebih sedih bila sekelas dengan
Tara, cowok yang Aku kagumi. Aku bakal tidak konsentrasi belajar malah jika Aku
sekelas dengan dia.
“Riaaa ..” tangis Fia
pecah dan dia memelukku.
“Fiaaa ..” jawabku sambil
membalas pelukan Fia. Kami berdua menangis.
“Janji yaa Riaa “ Kata Fia
kaku.
“Janji apa Fi ?” tanyaku meskipun tak kuasa menjawab.
“Jangan lupakan Aku kalau
sudah dapat sahabat baru yang lebih baik dari Aku. Kalua bisa kita tetap
bersama” kata Fia dengan air mata yang semakin deras.
“Aku janji Fia .. JANJI !
Kamu juga harus janji ya Fi ..” kataku semakin terisak dan melepaskan pelukan
Fia.
“JANJI !” kata Fia tegas
sambil mengusap air mata.
Jari kelingking kami bersilang sebagai tanda janji. Aku sedikit lega Fia sudah
berjanji.
“Kepada semua siswa kelas 9,
diharapkan memasuki kelas masing-masing untuk pembagian atribut.” Suara Bu
Sungati mengumumkan.
Aku masuk kelas 9F. Dari
pojok sampai depan, aku lihat semua orangnya. Awal aku lihat ada Azizah, Putri,
Damar, Laila, Nur, double Isna, double Hasim, double Hanifah, Nida, Ulpeh,
Mifta, Ari, Ika, Fajrin, Titis, Rahma, Etty dan masih banyak lagi. Di antar 32
siswa kelas 9F hanya beberapa saja yang Aku sudah lumayan dekat. Aku mencoba
tetap Qonaah seperti yang dikatakan Bu Ana :D . Satu per satu nama disebut.
Sampailah pada giliranku. Aku tak semangat mengambil atribut. Aku sedikit
kecewa dengan guru-guru yang mengacak kelas 9. Tapi tidak baik kan ?
Beliau-beliau hanya menjalankan tugas tak lebih. Aku tidak boleh dong menyalahkan
mereka seenaknya. Oke, mulai saat itu Aku terima keputusan ini.
Saat itu juga Aku
memutuskan untuk pulang. Aku sudah tidak berminat lagi di sekolah. Aku merasa
saja semuanya yang telah Aku dan Fia bangun telah hancur sekarang ini. Tapi
tiba-tiba terlitas perkataan Fia “JANJI” kepadaku. Aku lega, Aku lebih dari
percaya akan ucapan Fia.
Brakkk~ Aku membanting tasku ke lantai. Aku benar-benar kecewa dengan keputusan
ini. Berkali-kali Aku mengatakan Aku menerima keputusan ini. Tapi semua itu tak
sama dengan apa yang ada di hatiku. Aku benar-benar belum terima dengan ikhlas.
“Hloh sayang, kamu kenapa
?” tanya Ibuku dengan penuh perhatian.
“Ibuuu.. Aku gak sekelas
dengan Fia.” kataku pada Ibu sambil memeluknya.
“Tenang sayang, semua
sudah diatur Allah SWT. Ibu yakin ini yang terbaik untukmu, Nak” Kata Ibu
menenangkanku.
“Aminn Bu .. “ kataku
sambil tetap memeluk Ibu.
“Ya udah sana cuci tangan,
makan, lalu tidur.” perintah Ibu sambil melepas pelukanku dan mengusap air
mataku.
Dengan cepat Aku pergi ke kamar mandi, makan dan tidur.
***
Aku tak semangat memasuki
ruang kelasku. Aku sengaja berangkat agak siang karena Aku sama sekali tidak
semangat sekolah. Aku melihat denah lokasi kelas 9 di mading sekolah. Dan apa
yang Aku lihat ? Aku benar-benar tak menyangka kelas 9E, 9F, dan 9G yang
merupakan titisan ‘kelas unggulan’ meskipun sekarang sudah tidak dibedakan,
berada di gedung utara. Gedung yang menurutku gedung paling jelek dan kumuh
se-SMPN 1 Gemolong. Ahhh ! Aku benar-benar tidak terima saat itu. Dengan
jengkel, Aku berjalan menuju gedung utara. Aku yakin kelas 8E, 8F, dan 8G juga
sependapat dengan kita. Mereka sama-sama tidak terima kelas mereka berada di
Gedung Utara. Aku kecewa. Sangat kecewa. Aku masuk ruang kelasku dengan sebal.
Aku lihat Ika sudah datang. Ika adalah teman sebangkuku sekarang. Aku duduk di
sebelah Ika. Aku dan dia sama-sama diam. Terus terang kita sama-sama kecewa
dengan ini semua.
“Riaa” kata Ika memulai
pembicaraan.
Aku hanya menoleh tak menjawab. Aku malas berbicara. Aku sudah benar-benar
kecewa.
“Aku kecewa Ria ruang
kelas kita di sini. Meskipun sudah direnovasi tetap saja kita nanti akan
dikucilkan. Mana juga LCDnya ?” kata Ika dengan kecewa.
Bukannya bagaimana sih, tapi memang benar apa yang dikatakan Ika. Semua anak
kelas E,F, dan G sudah membayar sejumlah uang untuk membayar LCD. Tapi
sementara kelas A,B,C, dan D tidak mengeluarkan sedikitpun uang, tapi mereka
malah sudah diberi LCD di kelasnya. Itu yang membuat kita merasa tidak adil.Iya,
ini semua memang tidak adil.
“Iya Ika, Aku juga kecewa.
Mana fasilitas kita yang dulu ? Mana LCD ? Mana ruang kelas yang kondusif ?”
kataku penuh nada tinggi.
Tiba-tiba semua anak mulai
mengumpul di mejaku untuk melampiaskan kekecewaan kita. Tapi memang benar kok,
kami kecewa. Sangat kecewa malah.
“Iya ini tidak adil. Ahh
bagaimana coba kalau nilai kita turun gara-gara ruang kelas.” kata Putri
menambahkan.
“Ya sudahlah kawan kita
tidak bisa bebuat apa-apa. Semoga kelas kita ini tidak seburuk dengan apa yang
kita bayangkan.” kataku sok bijak.
“Iya Amin “ semua
menambahkan.
Meskipun kami tidak terima, tapi tak apalah. Ada sisi positifnya juga. Dan saat
itu juga Aku memulai kisahku di kelas 9F.
“Panggilan kepada seluruh
pengurus OSIS diharapkan untuk berkumpul di Masjid sekarang juga.” Suara
Malikah, sang ketua OSIS mengumandangkan pengumuman.
Aku, Ika, Putri, Damar, Isna, Qoqo dan Septian berjalan menuju Masjid. Iya,
Aku, Ika, Putri, Damar, Isna, Qoqo dan Septian adalah pengurus OSIS. Aku
berjalan dengan Isna. Kami segera melepas sepatu dan menuju ke Masjid Syukuruth
Talibin atau Masjid SMPN 1 Gemolong. Suara Ketua OSIS dan wakil ketua OSIS
sudah terdengar dari bawah. Kalau rapat OSIS begini, biasanya selalu dipenuhi
sorak-sorai dan keramaian pengurus OSIS laki-laki. Pantas saja kalau Malikah
dan Yuli, sang Ketua dan Wakil Ketua OSIS sering marah kalau rapat sedang
berlangsung.
“Saya tidak akan memulai
rapat bila kalian belum tenang ! ” suara Yuli tegas dan seketika suasana
hening. Setelah suasana tenang, Malikah segera memulai rapat.
***
Akhirnya rapat dapat
berjalan dengan lancar dan keputusannya adalah : Yang pertama, untuk panitia
Lomba Cerdas-Cermat, panitianya adalah Darmawan, Putri, dan Zaki, untuk panitia
Lomba Vokal Grup adalah Yuli, Chatrina, dan Justin. Untuk panitia English
adalah Ria, Kamal dan Andika.Untuk pengurus OSIS lainnyadibagi menjadi beberapa
bagian, seperti seksi konsumsi, seksi pembiayaan, seksi dekorasi panggung dan
seksi hadiah. Untuk seksi-seksinya dibentuk bersama koordinasi OSIS, Bp.Taat
Wihargo, dan akan kami umumkan di grup OSIS facebook. Yang kedua mengenai waktu
dan tempat pelaksanaannya, yang pertama Lomba Cerdas Cermat diselenggarakan di
ruang kelas 8E dilaksanakan pada hari pertama yaitu hari Senin tanggal 13
Agustus 2012, yang kedua Lomba Vokal Grup dilaksanakan di kelas panggung atau
kelas 8D dan dilaksanakan pada hari terakhir,
yaitu hari Rabu tanggal 15 Agustus 2012, dan yang ketiga adalah Lomba
News Caster dilaksanakan di kelas 9C pada hari kedua, yaitu tanggal 14 Agustus
2012. Yang ketiga tentang perwakilan lomba kelas. Lomba LCC diwakili oleh 3
orang siswa 1 kelas, Lomba News Caster hanya boleh diikuti 1 orang siswa, dan
yang ketiga Lomba Vokal Grup diikuti oleh maksimum 10 orang per kelas.
Semua pengurus OSIS mulai
bubar dan kembali ke kelasnya masing-masing, termasuk Aku dan Isna. Sesampainya
di kelas, Damar mengajak untuk segera membentuk penguru kelas. Saat itu Akupun
ikut. Dan ditentukan oleh fotting atau suara terbanyak. Dan hasilnya adalah
Ketua => Qohar, Wakil Ketua => Bagas, Sekretaris => Rezky, Fuaad, dan
Bendahara => Putrid an Isna. Serta seksi-seksi yang menyertainya tidak dapat
disebutkan satu per satu. Dan sekarang, saatnya membahas lomba-lomba yang sudah
direncanakan oleh OSIS. Dan kita memulai musyawarahnya dengan dipimpin oleh
Damar.
“Teman-teman,
sebentar lagi ada class meeting yang diadakan oleh OSIS. Lombanya meliputi :
LCC Pendidikan Agama Islam, News Caster, dan Vokal Grup. Kita akan memilih
beberapa perwakilan dari kelas kita untuk mengikuti Lomba tersebut. Untuk LCC,
kita memilih 3 orang perwakilan kelas. Kira-kira siapa menurut kalian?”
“Ari,” kata salah seorang
siswa
“Afif “ kata siswa
lainnya.
“Rahmatul “ kataku
mengusulkan.
“Baiklah Fuaad silahkan
salin di buku tulis. Oke jadi yang mengikuti Lomba LCC adalah Ari, Afif, dan
Rahmatul. Ada yang tidak setuju?”
Semua diam. Tidak ada yang protes. Semua
dapat menerima keputusan dengan baik.
“Syukurlah kalau semua
dapat menerima dengan baik. Yang kedua kita akan memilih perwakilan news
caster. Ada yang usul siapa kira-kira?”
“ Putri” kataku mengusulkan.
“Damar” kata Ika
mengusulkan.
“ Ada dua pendapat, Damar
atau Putri? Baiklah kita ambil fotting saja. Siapa yang memilih Putri angkat
tangan” kata Damar bertanya.
Hampir setengah siswa kelas 9F mengacungkan jari.
"Yang ketiga adalah Lomba Vokal
Grup kita tunjuk 10 orang langsung saja siapa yang usul ?”
“Riaaa “ “Putri” “Ika”
“Isna” “Damar” “Fajrin” “Titis” “Mifta” “Ajib” “Qohar” satu per satu
mengsusulkan.
“Baiklah untuk perwakilan
Vokal Grup diharapkan pulang sekolah tetap di kelas.” Semua mengangguk setuju.
`Krikk` Pintu terbuka. Ibu Kusmiyatun masuk dan memulai pelajaran.
***
“hoeee..” teriak siswa-siswi
yang ikut berpartisipasi menonton ajang festival seni SMPN 1 Gemolong. Tibalah
pada giliran kelas 9F. Dengan semangat kami maju ke depan .
Kini, tibalah pengumuman. Hasilnya, nihil. Kerja keras kami tak membuahkan
hasil. Memang kupikir, kelas 9Fku ini belum beruntung.
1 bulan kemudian, ada ajang
festival seni. Dengan agak lontang-lantung kami menunjukkan bakat dance 9F
kami. Namun, ketika pengumuman, WOWWw ! Menakjubkan kami dapat juara 2 !!!
Ternyata 9F memang hebat J
Ku pikir kita tak bisa jadi terbaik J
ternyata semua dugaanku salah. Ini ceritaku di JHS . Apa ceritamu? :D