Sepertiga Perasaan

Sepertiga Perasaan
Aku benar-benar tak mengerti atas semua yang aku rasakan. Sebuah perasaan yang memang membuatku begitu bingung, membuatku hancur dan membuatku resah. Dan sekarang ini, aku bagaikan malam kabut. Malam yang sama sekali tak tampak auranya. Kini aku lemah. Dua sosok lelaki yang benar-benar aku sayangi dan tak dapat pula aku membenci mereka.
            “Kamu cewek PHP Arza!” begitu bunyi message dari Putri, temanku. Awalnya, aku tidak terima dengan kata-kata itu. Tapi iya, hal itu memang benar. Aku telah jahat dan aku sosok orang yang suka memberi harapan palsu pada orang lain. AKU JAHAT! Beberapa kali aku menyalahkan diriku sendiri. Mengapa aku bisa mencintai dua laki-laki sekaligus? Ada apa dengan aku ini?
            “Kamu cewek labil Arza, pilihlah salah satu.” Begitu kata Fitriana, temanku pula. Iya, aku labil, aku PHP, aku jahat, aku playgirl atau apalah. Tapi perasaan ini benar-benar tak bisa aku cegah. Semua bagiku berarti, tak dapat ku memilih salah satu diantara mereka.
            “ Aku sayang kamu Arza “ kata salah satu sosok orang yang aku sayangi. Dia adalah Irshad. Begitu aku tersentak melihat message dari dia. Aku takut. Iya, memang dia adalah ‘mantan’ gebetanku. Dia dulunya memang aku cintai. Dulunya aku begitu ingin dengannya. Tapi dia selalu menjauh. Dan setelah aku mengenal Ara, semuanya jadi berubah. Aku menjadi move on dan pindah ke Ara. Namun, berbeda dengan sekarang ini. Semua semakin rumit. Aku mencintai Irshad dan Ara..
            “Iya, iya aku ngerti semuanya. Kamu suka dua-duanya kan? Aku hampir setiap hari bilang kan ke kamu, kalau Ara sayang sama kamu.” Aku semakin tersentak kaget akan kalimat Maftukhah atau biasa ku panggi Ukhah. Memang kalimat itu sering dia ungkapkan ke aku. Namun, ku kira Ukhah hanya bercanda. Tapi ternyata semuanya serius. Keadaan ini semakin rumit..
            “Ukhah. Siapa yang bilang gitu ke kamu?” Tanyaku mulai tak tenang.
            “Ada deh. Pokoknya ada, kamu nggak percaya?” tanyanya penuh curiga.
            “Sangat sangat tidak percaya.” Kataku sebal. Ukhah mengeluarkan Handphone dari sakunya. Ia perlihatkan message dari kontak yang bertuliskan “:p” . Siapa itu? Tanyaku dalam hati. Aku benar-benar melihat sebuah teks yang bertuliskan “Aku sayang Arza. Dan hanya dia yang tau nomer ibuku.” Aku tahu  Ara memang tak punya handphone dulunya. Dan dulu aku dan dia smsan dengan handphone ibunya. Aku diam terpaku. Apa itu kontak Ara?
Satu bulan kemudian, semuanya berjalan seiring air mengalir. Dan aku biarkan perasaan ini mengalir tiada henti. Saat itu, aku sedang dari laboratorium TIK tempatku sekolah. Aku akan memasuki kelasku, kelas 9F. Aku melewati depan kelas 9G. Aku lihat Irshad sedang memegang tangan Hani, temanku sendiri. Aku benar-benar tak mengerti dengan semua ini. Irshad lalu melepaskan genggamannya. Dengan sangat kesal, aku memasuki ruang kelasku. Aku meminjam Hanphone salah satu temanku, Via. Aku lihat berbagai sms yang ada di handphonenya. Banyak sekali sms dari Ara. Begitu mesra sms yang mereka kirim. Belum sembuh luka yang satu, tapi sudah muncul luka lagi. Aku benar-benar seakan orang yang dimainkan. Apa ini balasan untukku karena menyukai dua cowok sekaligus?
Istirahat telah tiba. Aku berlari dan menuju kelas Ukhah. Aku memeluknya sambil menangis. Aku tak peduli di kelas itu ada Irshad dan Ara. Mereka melihatku dengan wajah tanpa dosa. Aku tahu, mereka mungkin tidak tahu kalau aku juga mencintainya.
            “Arza, kamu kenapa? Ada masalah?” Tanya Ukhah bingung. Aku duduk di samping Ukhah. Aku menjelaskan kejadian tadi dengan sebuah coretan tinta. Aku takut Irshad dan Ara mendengar ceritaku. Jadi, aku tulis saja di sebuah buku kecil persahabatanku dan Ukhah.
            “Ohhh.. Begitu, tapi aku yakin mungkin mereka cuman bercanda kali.”katanya menenangkanku. Sementara aku hanya diam dan terus menangis.
            “Ukhah,” panggil Irshad pada Ukhah. Ukhah menoleh. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan. Sepertinya Irshad berkata tanpa suara dengan memakai bahasa isyarat. Dia tahu aku ada di dekat Ukhah, mungkin biar aku tak mendengarnya.
            “Dia sakit hati Shad.” Jawab Ukhah dengan suara lantang. Aku mengerti Irshad menanyakan keadaanku. Aku hanya diam dan menoleh. Irshad melihatku dengan tampang takut. Aku hanya kecewa. Sudah itu saja! Kataku dalam hati. Aku meninggalkan kelas 9G. Aku menangis di atas mejaku. Aku cengeng. Iya, sangat cengeng. Ahhh! Tanti, Putri, Ana, Dari, Fitri , Wati dan semua teman-temanku menenangkanku. Mereka mensuportku. Suport kalian memang berarti kawan. Kataku dalam hati.
Aku duduk lesu di ruang tamu. Aku membuka Handphone kesayanganku. Ada beberapa puluh sms masuk. Dua diantaranya adalah message dari Irshad dan Ara. Selain itu, semua dari teman dekatku yang khawatir dengan keadaanku. Ku baca pelan-pelan message dari Irshad.
“Gue sayang sama loe Arza! Gue gak mungkin nyakitin loe. Gue tadi cuman pengen nyubit Hani. Dan itupun karena gue pengen tau rahasia loe sama Hani tentang perasaan loe kayak gimana ! Gue juga butuh kepastian dari loe. Gue tau loe juga suka sama Ara. Tapi ketahuilah, Ara juga suka Via Arza ! Dia sama kayak loe. Dia suka dua cewek sekaligus. “ AHHH! Aku benci dengan Ara. Aku benci. Aku benci. Dengan sebal aku membaca message dari Ara “ Gue boleh jujur gak sama loe Za? Gue sayang loe, tapi gue juga sayang Via. Semua bagi gue berarti Za. Gue gak mau loe sedih kayak tadi.” Aku sudah muak dengan Ara. Memang, dia juga mengalami apa yang aku alami. Tapi semenjak itu, entah kenapa perasaanku pada Ara telah hilang. Bukannya dengan gampang hilang, tapi rasa ini berubah menjadi benci.
            Aku datang ke sebuah taman. Taman biasa aku mencurahkan segala kesedihanku. Aku begitu kecewa. Meskipun semua rasa pada Ara telah hilang, tapi aku masih kecewa.
            “Arzaa… Happy Birthdayy …”
            “Ara? Irshad? “ Ara dan Irshad membawakanku kue brownies dengan taburan lilin-ilin kecil. Aku tak menyangka. Mereka datang di saat yang tepat. Sejenak aku melupakan kebencianku pada Ara.
            “Maafkan aku Arza, aku telah berbohong kepadamu. Ini semua rencanaku dengan Irshad. Aku tulus cinta kamu. Dan tak ada rasa sama sekali dengan Via.”
            “Bohong?” Tanya bingung.
            “Iya ini kejutan buat kamu. Dan aku, aku tidak mencintai kamu, itu semua hanya rencana belaka” kata Irshad tersenyum padaku. Aku kecewa pada mereka. Tega sekali mereka membohongiku? :’( Dan di saat itu juga Ara menembakku. Aku diam terpaku. Aku berlari sekencang mungkin. Aku tak dapat menjawabnya sekarang, aku hanya butuh waktu. Dengan tarikan cukup keras, Irshad menarik tanganku. Aku menoleh. Dia menangis di hadapanku.
            “Aku tidak cinta Shad pada Ara, a.. a.. aakk .. akku.” Kata ku terdiam.
            “Stttt ,.. Aku tau kok.  Aku juga cinta kamu.” Kata Irshad sambil memegang tanganku.
            “Tapi tadi?”  tanyaku makin bingung dan tak mengerti.
            “Karena aku tidak mau Ara kecewa denganku. Aku ingin Ara tetap jadi teman baikku.” Jelas Irshad sambil tersenyum.
Aku diam. Sebenarnya aku tak tega dengan Ara. Aku kasian dengan dia. Ini juga bukan salah dia sepenuhnya. Tapi ini juga bukan salahku sepenuhnya, Irshad juga tak salah apa-apa tentang konflik ini. Intinya, ini takdir. Dan tidak ada yang salah.
            “Kalian jahat ! apa-apaan ini! Irshad! Kamu keterlaluan.” Teriak seseorang dari belakang. Aku dan Irshad menoleh. Tampak di belakang kursi taman seorang cowok tinggi. Ara? Aku melihat Ara sedang menangis dan seperti tak bertenaga.
            “Ara? Ara? Ini tak seperti yang kamu kira..” kataku menjelaskan.
Ara pergi dan berlari. Sementara Aku dan Irshad menyusulnya. Tapi tiba-tiba langkah Ara terhenti. Aku dan Irshad terus berlari.
            “Ara .. Maafkan kita .. Tapi ini perasaan. Aku memang mencintaimu. Tapi itu dulu. Dan sekarang, rasaku berubah. Karena aku tak tahu juga. Aku terlalu sakit karena kamu dulu pernah berkata kamu cinta dengan Via juga. Aku sedih. Dengan cara apapun, aku move on dari kamu. Dan sekarang berhasil. Aku senang. Tapi kini aku menyesal dulu pernah move on. Maafkan aku Ara.” Kataku sambil meneteskan air mata.
            “Kamu nggak perlu minta maaf. Mungkin memang kita belum jodoh. Aku mencintai kamu, tapi bukan berarti aku harus memilikimu selamanya. Aku ikut bahagia jika kamu bahagia. Kamu nggak salah. Dan jangan pernah menangis karena masalah ini lagi. Aku sayang kamu.” Ara mengusap air mataku. Aku semakin menangis.
            “Irshad, jaga baik-baik peri kecilku ini.” Kata Ara kemudian. Aku hanya dapat menangis, menangis, dan menangis. Irshad menggenggam tanganku dan tangan Ara. Irshad menyatukan tangan kami. Aku bingung. Apa-apaan ini?
            Irshad kemudian mengatakan “Kalian harus menyatu.” Aku dan Ara menoleh tersenyum bersamaan. Meskipun aku belum bisa mencintai Ara kembali, tapi aku yakin, aku bisa mencintai Ara kembali. Irshad tersenyum. Aku bahagia Ara dan Irshad tersenyum. Sangat bahagia. Dan melihat mereka bahagia, aku bahagia. Itu karena aku mencintai mereka bukan?
            “Aku akan berusaha move on dari Irshad dan mencintai kamu Ara.” Kataku sambil tersenyum.
            “Dan aku nggak perlu berlatih untuk itu.” Aku membalas senyuman bahagia.Irshad mengedipkan matanya padaku dan Ara. Kami bahagia. BAHAGIA~

1 comments: