Mengikat Janji Pelangi


Mengikat Janji Pelangi

“Sahabat, yang aku ingin bukan hanya kamu ada di saat aku sedih ataupun senang, tapi aku ingin kamu lebih dari mengerti aku di saat aku ada dan tiada ..”

B
el masuk istirahat tinggal beberapa menit lagi akan berbunyi. Sementara Ria harus segera mengambil buku-buku teman-temannya di perpustakaan. Jabatan Ria sebagai Seksi Perpustakaan membuatnya harus rela tidak membuang waktu untuk sekedar membeli makanan ringan di kantin. ~Brukk~ semua buku yang Ria bawa jatuh berserakan. Entah siapa yang menjatuhkannya tidak ada tanggung jawab sama sekali. Minta maaf aja enggak. Ria melihat ke arah atas, ada seorang cowok yang menahannya. Lagi-lagi cowok itu ! Cowok berpostur tubuh tinggi dan berantakan. Cowok yang paling dibenci Ria . Seumur hidup, dia tidak pernah menemui seseorang yang semenyebalkan seperti cowok itu.
            “Woi kalau jalan pake mata dong ! Tau ada orang di sini main seruduk aja !” gerutu Ria dengan sebal. Dengan wajah kusut, Ria mulai jongkok dan mengambil bukunya yang berserakan.
            “Hahaha, kasian sekali ya bukunya jatuh. Maaf tapi ya mau gimana lagi, jatuh sih.” Cemoh  cowok itu dengan tampang yang sama sekali tidak merasa bersalah.
           
Sejenak Ria berhenti merapikan buku-buku, ia melihat dengan sebal orang yang berani mencemohnya. Cowok tinggi itu sepintas mengernyitkan alisnya. Dan kembali ia tercenung karena cewek di depannya tidak menanggapi. Biasanya kalau Ria terpancing dengan omongannya, perang mulut pun akan terjadi dan takkan selesai sebelum seseorang datang melerai. Tetapi Ria tetap diam membisu.
~Teett~ Bel berakhirnya istirahatpun berbunyi.
            “Maksud hati ingin menolong teman gue yang jelek ini eh malah sudah masuk. Ya udah deh bye bye aku pergi, selamat menikmati buku-bukumu yang berserakan.” Ejek cowok itu sambil ngeloyor pergi.
             “Dasar cowok nyebelin” kata Ria dalam hati. Ria tidak berbuat apa-apa. Seketika cowok itu terheran-heran kenapa cewek itu tidak membalas ejekannya.
Cowok tersebut masih menunggu reaksi cewek yang ada di depannya. Tapi yang ditunggu tidak membalas dengan cemohan atau pun ejekan. “Kamu berubah.” gumam cowok tersebut lalu berbalik bersiap masuk ke kelasnya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Ria yang sudah selesai membereskankan buku mulai memasang ancang-ancang. Dengan semangat 45 Ria mulai mengayunkan kaki kanannya kearah kaki kiri cowok tersebut dengan keras.
            “Aduuuhh,” teriak Kamal meringis kesakitan.
           “hahaha rasakan tuh sakit ! makannya jangan seenaknya aja sama orang!” ejek Ria puas melihat cowok yang sangat dibencinya itu kesakitan.
            Dengan puas, Ria meninggalkan cowok itu sendirian. Sementara cowok itu masih merengek kesakitan. Sesampainya Ria di kelas ..
            “Assalamualaikum Bu, maaf saya terlambat. Saya mengambil buku-buku dari perpustakaan.” Kata Ria dengan tampang santai.
            “Bohong Bu, saya tadi melihat dia sedang makan mie ayam di depan sekolah.” Lagi-lagi cowok itu memojokkan Ria. Ria merasa heran bukannya cowok itu tadi masih di bawah tangga dan meringis kesakitan? Ria benar-benar merasa dijebak oleh si cowok nyebelin itu.
            “Tidak Bu, saya tidak bohong.” Kata Ria memasang tampang muram.
            “Huuuuu” sorak-sorai gaduh teman lainnya ikut menyalahkan Ria. Ria benar-benar tak menyangka cowok itu benar-benar kejam. Pandai sekali memutar balikkan fakta. Hanya Fia yang tidak menyalahkan Ria.Dia hanya diam saja. Maklum Fia adalah sahabat Ria sejak kelas 7. Fia percaya dengan Ria. Ria tidak mungkin membuang-buang waktu jika kewajibannya belum selesai ia kerjakan.
            “Tenang.. Tenang .. Ya sudah Ria, silahkan duduk di tempat dudukmu dan jangan pernah kamu ulangi lagi perbuatan ini.” Kata Bu Isti dengan pasrah.
            “Baik bu.” Ria kemudian kembali duduk di bangkunya. Dan tiba-tiba .. ~brukk~ Ria jatuh di lantai. Ketika Ria akan duduk, bangkunya digeser oleh teman di belakangnya. Ria merengek kesakitan. Tulang selangkangannya benar-benar sakit, rasanya seperti patah. Ria benar-benar sebal, raut muka Ria langsung tambah pucat. Ditambah lagi Ria ditertawakan oleh semua teman-temannya sekelas.
            “Kamal ! Kamu tahu apa yang kamu lakukan itu bisa fatal nanti akibatnya ! Untung saja Ria tidak kenapa-napa!” kata Ibu Isti dengan geram.
Lagi-lagi cowok berpostur tinggi berantakan yang menyebalkan itu. Dia selalu saja mencari gara-gara dengan Ria.
                                                                           ***
Sepulang sekolah, Ria masih saja teringat akan kejadian tadi di sekolah. Ria heran, tak henti-hentinya  Kamal selalu membuat ulah kepadanya. Dia heran, apa salahnya sampai-sampai  Kamal merasa sangat benci dan tak mengasihaninya sama sekali. Pasti ada hal yang Kamal sembunyikan. Pasti. Kalau Ria benci Kamal sih sudah pasti alasannya karena Kamal pernah nyakitin sahabatnya, Fia. Nah kalau Kamal? Apa alasannya coba? Pikir Ria dalam hati.
            “ Riaaaa !!” teriak seseorang dari belakang memegang bahu Ria.
            “ Haduhhh Fia ngagetin aja sih kamu itu.” Omel Ria dengan sebal.
            “ Pasti  mikirin Kamal. Alah udah deh Ria cowok PHP nyebelin kayak Kamal itu tidak usah digubris. Lagian, dia itu licik.” Cemooh  Fia meluapkan kebenciannya.
            “ Kesabaranku udah hampir habis Fi gara-gara dia.” Jelas Ria dengan sebal.
            “ Ayolah udah Ria, kita pulang yuk.” Ajak Fia pada Ria.
            Di perjalanan, Ria dan Fia bertemu dengan Kamal. Namun Fia tidak meihatnya. Tiba-tiba saja, Ria mendekati Kamal tanpa sepengetahuan Fia.
            “Fia .. Aku lewat jalan sana aja ya, bye bye ..”
            “Oke hati=hati ya Riii ..” balas Fia dengan mengedipkan mata.
Ria langsung menahan Kamal. Dia sudah tidak mau sembunyi-sembunyi seperti musuh dalam selimut. Dia ingin alasan yang jelas apa yang menyebakan Kamal begitu benci dengan dirinya.
            “ Kamal tunggu .. “ Ria menahan Kamal berjalan.
            “ Kenapa ? belum puas buat aku dimarahin dan disidang sama Bu Isti?” Kamal semakin geram.
            “ Loh? Kok aku? Itu kan salah kamu Mal. Siapa suruh geser-geser bangku orang sampai jatuh. Seharusnya aku dong yang marah ! Bukan kamu” elak Ria juga dengan raut muka masam.
            “ Terus ngapain kamu nahan aku begini?” Tanya Kamal bengong.
            “ Cuma mau Tanya, apa sih yang menyebabkan kamu bisa segitu dendamnya dengan aku?”
            “ Oh kamu mau tau apa alasannya? Emang kamu belum pernah diceritain sahabatmu Fia itu kalau dulu dia pernah nyakitin aku?” jawab Kamal tanpa basa-basi.
            “ Terus ? Gara-gara aku deket sama dia kamu jadi musuhin aku? Yang salah dia, kenapa aku yang jadi kamu musuhin? Kamu bisa mikir nggak sih seberapa sakitnya orang yang nggak salah tiba-tiba dimusuhin orang tanpa alasan? Padahal dulu kita sempet deket. Bahkan sampai nyelesaiin masalah aja bareng-bareng. Cuman gara-gara ini kamu jadi gini? Apa kamu nggak mikir sampai ke situ?” Perlahan-lahan air mata Ria menetes. Ria begitu terlihat sedih. Bagaimana tidak? Dalam waktu sekejap Kamal yang dulu Ria kenal baik sekarang jadi berubah drastis.
            “ Ria.. please jangan nangis. Aku nggak pernah ada maksud buat musuhin kamu apalagi kita sampai begini. Aku juga nggak mungkin jauhin kamu. Dari awal aku ketemu kamu, aku udah anggap kamu sebagai saudara kandung aku sendiri. Aku tau kamu tidak salah, dan awalnya aku membencimu karena aku tau kamu juga membenciku setelah kamu mendengar cerita Fia. Kamu nggak berhak mendapat pelampiasan dendam antara aku dan Fia. Ria ,sementara aku dan Fia itu cuman mengikat dendam masa lalu ketika kita pacaran dan saling menyakiti dulu, Riaa, kamu tetap aku anggap sahabat aku.” Jelas Kamal dengan air mata yang deras.
            “ Kamal aku percaya kamu. Tapi aku juga percaya Fia. Kalian sama-sama salah. Dendam bukan untuk dipelihara Mal, dendam adalah sebuah perasaan yang harus kita buang jauh-jauh meski lara hati masih tetap ada. Jadi yakinlah, diantara kalian berdua tidak ada yang salah dan benar. Semua harus bisa saling mengerti. Lagian siapa suruh pacaran? Pacaran kan dilarang. Wekk. ” Ejek Ria mulai mendinginkan suasana.
            “ Ahhh sokk bijak kamu. Yee.. kok aku sih yang disalahin? Tapi iya sih emang bener. Pacaran itu nggak ada gunanya..” Kamal mulai berfikir positif.
            “ That’s Right, liat aja dong sekarang kamu malah berantem sama Fia. Iya kan? Apa coba gunanya?” kata Ria semakin membenarkan.
            “ Iya iyaa .. hahhha :D Eh janji ya?”
            “ Janji? Janji apa?” Tanya Ria semakin bingung.
            “ Janji kalau kita akan selalu bersahabat meskipun aral melintang.” Kamal mulai mengacungkan jari kelingkingnya.
            “ Alah lebay.. hahha iya deh janji.” Ria membalas acungan kelingking Kamal. Sehingga kelingking mereka saling melingkar dan menandakan sebuah janji. Iya, sebuah janji yang menurut mereka begitu berarti.

                                                                        ***
           
Malam semakin larut. Namun kejadian tadi sore tidak hilang dari pikiran Ria. Terus terang hati Ria berasa seperti gado-gado. Bercampur aduk. Ada rasa takut, ada rasa senang, sekaligus gundah. Ria takut, kalau dia sudah baikan dengan Kamal, Fia jadi marah kepada Ria. Dan Ria nggak mau itu terjadi. Bagaimanapun, Fia juga sahabat Ria.
            Keesokan harinya, di kelas. Ada suasana yang berbeda. Fia ! Iya Fia, dia lebih memilih sebangku dengan orang lain daripada dengan dirinya. Ria semakin takut. Dia yakin perubahan sikap Fia gara-gara kejadian tadi sore. Tetapi? Bagaimana Fia bisa tahu?
            “ Fia, aku sebangku sama kamu kan?” Tanya Ria heran pada Fia.
Tetapi tak ada yang menyahut. Fia tetap saja tak menghiraukan Ria. Dia malah berpura-pura tidak mendengar pertanyaan Ria.
            “ Fia jawab.. Kita sudah tidak sebangku? Kamu marah sama aku?” Tanya Ria semakin membuat suasana panas. Tetapi lagi-lagi tak ada suara menyahut. Fia diam dan tak menghiraukan Ria.
            “ Oke Fia kalau aku salah, aku minta maaf. Fia, Kamal itu baik. Kamu tahu? Masa lalumu itu malah membuat kamu berdosa. Lihat saja? Setiap hari ada saja rasa benci di benakmu pada Kamal. Kamu tahu Fia? Itu dosa!” kata Ria dengan nada yang mulai tinggi.
            “ Tahu apa kamu tentang aku dan Kamal? Kamu itu sahabat penghianat! Jadi kamu lebih membela Kamal? Nggak ada kata maaf buat orang penghianat kayak kamu!” Fia mulai emosi dan meninggalkan Ria. Sementara hati Ria seperti teriris pisau. Dia sama sekali tidak menyangka hanya karena masalah ini mereka sampai harus akan mengakhiri persahabatan yang telah mereka rajut hampir 3 tahun lamanya.
            ~Kringg~ Bel istirahat berbunyi. Ria hanya diam di bangkunya. Dia sendiri. Dia mulai membuka sebuah novel untuk dibacanya sebagai penghibur lara hati. Dia selalu sendiri. Tak ada teman yang menemaninya. Tak ada sahabat yang selalu ada saat dia sedih ataupun senang. Tak ada Fia yang selalu jadi curahan hatinya. Dia sedih. Kenapa di saat dia sudah memperbaiki hubungannya dengan Kamal, malah Fia marah dengannya? Apa iya, Ria harus memilih salah satu diantara mereka? Ahh~ Begitulah keadaan Ria setelah kejadian sore itu terjadi. Dia sendiri. Iya, dia sendiri.

                                                            ***

            “ Riaaa !” teriak Fia sambil merangkul Ria.
            “ Eh, Fia.” Kata Ria kaku. Dia bingung Fia bisa berubah kembali. Ada apa ya?
            “ Makasih ya udah milih aku daripada si cowok PHP itu!” kata Fia sambil mencubit pipi Ria.
            “ Eh apaaan maksud kamu?” Tanya Ria bingung. Dia semakin bingung apa maksud dari semua ini.
            “ Ini deh liat surat dari Kamal.” Dilihatnya Fia mengeluarkan kotak biru berukuran sedang. Karena penasaran dengan cepat Ria membuka kotak tersebut. Isinya bingkai foto bermotif rainbow dengan foto Ria dan Kamal saat mengikuti MOS SMP didalamnya. Terdapat sebuah kertas. Dengan segera dibacanya surat tersebut.

Dear Ria,
Inget ga pertama kali kita kenalan? Pas itu kamu nangis gara-gara di hukum ama kakak-kakak OSIS. Dalam hatiku ketawa, kok ada sih cewek cengeng kayak gini padahal dikerjain sama kakaknya sendiri pula? Hehe.. kidding. Kamu dulu pernah bilang pengen ngerasain indahnya pelangi dalam hidup. Tapi ga pernah kesampaian. Semoga kamu seneng sama pelangi yang ada di bingkai foto. Maaf mungkin ini hanya sebuah gambar pelangi yang tidak ada bagusnya sama sekali, dan mungkin aku juga  ga bisa nunjukin pelangi hidup saat ini soalnya aku akan jauhin kamu demi kebahagiaanmu juga, demi persahabatanmu dengan Fia. Bagaimanapun aku ga berhak merusak persahabatanmu dengan Fia. Tapi suatu saat nanti aku bakal nunjukin ke kamu gimana indahnya pelangi hidup. Karena aku yakin, Fia akan berubah pada waktunya. Dan kemungkinan terburuk, kalau Fia tidak bisa berubah. Ingat janji kita ya. Kita tetap sahabat selamanya. Pelangi kebahagiaan masih sanggup menunggu kita, dan kita masih sanggup menunggu pelangi kita
Love, Your Best Friend
                                                                                                                                             Kamal

Butir-butir air mata Ria menetes. Ria tak kuasa menahan air matanya. Fia melihat Ria dengan bingung.
            “ Maaf Fia aku tidak pernah memilih salah satu diantara kalian. Aku sayang kalian berdua. Maaf. Daripada harus memilih diantara salah satunya, lebih baik aku menjauhi semuanya.” Kata Ria benar-benar kuat menjalani keputusan. Fia diam sejenak. Ia menundukkan kepala sambil menangis. Ia merasa menjadi seseorang yang sangat egois.
            “ Ria aku paham. Aku minta maaf. Aku sayang kamu. Aku nggak mau kamu sedih seperti ini.” Fia mulai mengusap air mata Ria. Ria sadar diantara Fia dan Kamal, semuanya baik. Tak ada yang jahat dengan Ria. Semuanya adalah sahabat yang hebat.
            “ Yakin? Ciyus Fia? Fiaaa .. Iya aku juga sayang kamu. Ayo Fia, kita ke taman menyusul Kamal.” Ajak Ria semangat.
            “ Kamal …” perlahan-lahan Fia mendekati seseorang yang sedang terduduk lesu di kursi taman.
            “ Fiaa.. Riaa .. kalian? “ Kamal terpaku bingung.
            “ Kamal aku minta maaf. Masa lalu kita lupakan saja. Kita sama-sama memiliki sahabat yang hebat. Dia adalah Ria. Kita sama-sama sayang dia. Jadi, kita harus sama-sama bekerja sama buat ngebahagiain dia.” Fia mulai mengulurkan tangan kanannya kepada Kamal.
            “ Iya Fia, kita sama-sama dikuatkan oleh sahabat yang hebat, dia Ria. Ria .. kamu sayang kita kan?” pertanyaan Kamal semakin mengejutkan Ria.
            “ Apa ? Ya nggaklah orang kalian itu sama sekali nggak ada tuh yang aku sayang. Hahahaha.” Ria mulai mendinginkan suasana.
            “ Ihh Ria nyebelinn. “ Fia dan Kamal mengubrak-abrik jilbab Ria.
            “ Iya, iya aku sayang kalian. Jangan berantem lagi dong. Kita kan sahabatan. “ kedua jari kelingking Ria mengacung, yang satu dibalas lingkaran jari kelingking Kamal dan yang satunya lagi dibalas oleh Fia. Mereka sama-sama tersenyum dan berjanji akan saling setia dengan persahabatan mereka. Inilah sebuah pelangi yang selama ini diidam-idamkan Ria. Kamal benar, pelangi akan dia tunjukkan jika tiba saatnya nanti. Kamal memang benar-benar dapat memegang janjinya sendiri. Dia akan menunjukkan sebuah pelangi yang tidak pernah dirasakan oleh Ria. Dan bingkai foto rainbow itu, kini telah menjadi sebuah pelangi kebahagiaan yang luar biasa bagi Ria. Iya, Kamal memang hebat.
            “ Inilah pelangi kita.” Kata Kamal sambil mengedipkan mata pada Ria. Ria dan Fia membalas dengan senyuman.
                                                           

SELESAI
Nama : Arzana Rhiqqa Khauriya
No : 04
Kelas : 9f
 

0 comments:

Post a Comment